Dimanapun dan Kapanpun

Dimanapun dan Kapanpun

Rabu, 10 Desember 2014

RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH


RADIO SEBAGAI MEDIA DAKWAH
BAYU ARIFIANSYAH
KPI/B - 1413324018
A.    Pendahuluan.
1.      Latar Belakang
Merujuk pada masa lalu tentang pengembangan informasi yang ada, radio sangat berperan aktip sebagai media komunikasi. Saat indonesia merdekapun radio ikut berperan aktip dalam penyampaian informasi tersebut kepada masyarakat indonesia saat itu.
Pada era sekarang radio masih menjadi hal yang dominan untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat. Radio sebagai saran informasi yang mampu menjangkau masyarakat luas. Oleh karna hal tersebut radio di anggap efektip dalam penyampaian informasi kepada masyarakat, karna radio merupakan media komunikasi yang memasyarakat dengan harga yang sangat terjangkau.
Ketepatan radio dalam penyampaian nilai-nilai dakwah inilah yang lebih memudahkan daya tarik masyarakat terhadap nilai-nilai yang di sampaikan oleh subjek dakwah (da’i) mealui radio tersebut. Dengan begitu seorang da’i di tuntut memahami dan menguasai media-media yang sudah berkembang, salah satunya adalah radio.
Oleh karena itu, sebagi media dakwah radio juga dapat memberikan rangsangan terhadap pemikiran masyarakat banyak dalam penerimaan pesan dakwah yang di sampaikan, tentu saja masyarakat berbeda dalam penerimaanya.
Keberadaan radio sebagai media dakwah sudah lama di gunakan, bagaimana seorang da’i mengemas dakwah melalui media radio agar lebih efisien merupakan hal yang harus di kaji lebih serius lagi oleh para pakar-pakar media atau lembaga-lembaga dakwah yang ada.

2.      Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di tarik permasalahan ”Bagaimana para da’i mengembangkan radio sebagai media dakwah yang ada di masyarakat?”
3.      Tujuan Penulisan.
Untuk mengembangkan radio sebagai sarana dakwah yang ada di masyarakat.

B.     Pembahasan
1.      Radio
Radio sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan.[1]
a)        Pengertian Radio
Radio menurut bahasa adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara.
Pengertian radio secara istilah diambil dari beberapa pendapat yang berbeda yang telah banyak didefinisikan oleh para ahli yang mendalami masalah media komunikasi. Beberapa definisi radio yang penulis kemukakan diantaranya:
1.      Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
2.      H. Syaeful Badar, MA “media auditif, yang bisa dinikmati dengan alat pendengaran. Radio menjadi media penyampai gagasan, ide, dan pesan melalui gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal audio”.
3.      Hasan Asya’ari Oramahi “teknologi yang di gunakan untuk mengirim sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara).
4.      Rusman latief dan Yusiatie Utud “media komunikasi melalui gelombang udara tanpa kabel., siaran pengiriman suara atau bunyi melalui udara.

2.      Dakwah
a)      Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab yakni دعايدعوادعوة (da’a - yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “seruan, panggilan dan ajakan”.
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah ada beberapa pendapat, diantaranya sebagai berikut:
1.      Dr.H.Hamzah Ya’kub, “mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya”.
2.      Prof. H.M. Thoha Yahya Omar ’’dakwah ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat”.
3.      Prof. A. Hasymi ’’dakwah islamiah yaitu mengajak orang untuk menyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah islamiah yang terdahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri”.
4.      Drs. Fahmi Idrus “Kegiatan keagamaan yang sifat nya menyiarkan dan mengajak mengamalkan kebaikan sesuai ajaran yang benar, propaganda, atau siar agama”.
Dari berbagai definisi diatas dapat di ambil satu poin penting, bahwa sesungguhnya dakwah ialah mengajak kebaikan ke jalan Allah dan dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa dakwah adalah seruan ataupun ajakan untuk melakukan kebaikan yang sesuai dengan syariat dan petunjuk yang Allah berikan, serta menyakini dan mengamalkan nya guna mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
C.     Analisa
Radio sebagai Media Dakwah
Dengan melihat era sekarang yakni era informasi ini, yang berperan menyebarkan dan menyiarkan Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan sosial-kultural, maka media massa seperti radio siaran adalah makanan dan telinga untuk didengarkan. Hal-hal yang dapat dipahami melalui indera telinga. Karena itu, apa yang disajikan untuk membaca belum tentu dapat dimengerti.
Keberadaan media dalam dakwah sesungguhnya tidak boleh dipandang hanya dengan sebelah mata saja, karena keberadaan media bagi pelaksana dakwah bukan hanya berperan sebagai alat bantu akan tetapi lebih dari itu. Sebab aktivitas dakwah jika diamati sebagai suatu sistem maka akan memiliki beberapa komponen atau unsur, dimana antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya saling berkaitan dalam mencapai tujuan dakwah. Dan media merupakan salah satu unsur di antara unsur-unsur yang lain seperti: subyek, obyek, metode dan materi dakwah. Maka dalam kerja dakwah tanpa adanya media, tentu tidak akan terlaksana dengan baik.
Media Massa, adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan, pernyataan, informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relative besar, tinggalnya tersebar, heterogen, hegemoni, anonim, tidak terlembagakan, perhatiannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.
Radio siaran (broadcasting) sering disebut sebagai institusi kemasyarakatan seperti media massa pada umumnya. Institusi semacam ini dapat dilihat dari keberadaannya. Sebagai suatu organisasi yang menjalankan fungsi penyiaran informasi, baik secara tunggal maupun melalui sistem jaringan (networks) dengan satu kawat yang mengendalikan penyiaran informasi. Fungsi ini dijalankan untuk memenuhi kebutuhan khalayaknya. Maka dari itu, agaknya juga perlu dilihat sifat institusional radio siaran di Indonesia, yakni dengan mempertanyakan sejauhmana ia sudah menjadi institusi kemasyarakatan.
Kehadiran radio sebagai media massa ditandai dengan fungsinya sebagai penyampai informasi. Secara sederhana, informasi ataupun materi apat disebut sebagai segala hal yang bermakna dalam komunikasi. Kebermaknaan ini menjadi dasar dalam fungsi komunikasi, diukur dari relevansinya untuk pihak yang berkepentingan atasnya. Dalam garis besar, informasi dapat dibedakan antara informasi yang hanya menyentuh aspek psikologis (sensasi) konsumen, informasi yang bernilai pragmatis bagi konsumen produk dunia industri, dan informasi yang bernilai pragmatis tinggi karena dapat digunakan dalam pekerjaan atau aktivitas sosial lainnya.
Khususnya dalam Radio Karya pancaran Swaramedia atau Karysma mampu memberikan versi tersendiri (gaya) yang tidak dimiliki studio broadcast lainnya, yaitu memanjakan pendengar lewat program entertainment, seperti lagu-lagu Islam atau nasid serta program yang diciptakannya mampu memberikan khasanah islamiah. Mengingat sangat pentingnya kedudukan, peran, dan tujuan itu bagi proses dakwah sebagaimana telah diterangkan di atas, maka tujuan dakwah haruslah dipahami oleh para pelaku dakwah.
a)      Fungsi Radio
Fungsi radio ada tiga (3) macam, diantaranya:
1.      Fungsi Hiburan
Dalam fungsi ini disajikan beberapa lagu-lagu favorit pendengar, serta membuat pendengar tertawa.
2.      Fungsi Informasi
Dalam fungsi ini disiarkan pokok permasalahan yang diminati khalayak serta menyajikan informasi yang aktual untuk memenuhi tuntutan pendengarnya.
3.      Fungsi Pendidikan
Di dalam fungsi ini, ditetapkan apa-apa yang kita inginkan untuk pendengar menyadari akan adanya masalah, isu, kejadian. Mengalihkan (mentransfer) pengetahuan. menumbuhkan minat dan mendorong perubahan perilaku masyarakat
Sedangkan menurut “Masduki” dalam bukunya Jurnalis Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, ada beberapa tingkatan peran sosial yang di emban radio dalam kapasitanya sebagai media publik, atau yang di kenal dalam konsep radio for society
a.         Radio sebagai media penyampai informasi dari satu pihak ke pihak lain.
b.        Radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan.
c.         Radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi mencari solusi bersama yang saling menguntungkan.
d.        Radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran.
b)      Macam- macam metode dakwah
Adapun macam-macam metode dakwah dalam alqur’an diantaranya adalah:
1.   Bil hikmah
Menurut Musthafa Al-Maraghi hikmah itu adalah perkataan yang benar disertai dalil yang menyatakan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
M.Abduh berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap-tiap hal.
2.   Mauidzotul hasanah
Artinya dengan tutur kata yang baik, nasehat yang lemah lembut dapat menyentuh hati dan perasaan audiens, selaras denga Al-qur’an dan Assunah.
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh Hasanudin bahwa Mauidzotul Hasanah adalah perkataan-perkataan yang tidak sembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat pada mereka atau dengan Al-qur’an.
3.   Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Yaitu bertukar pikiran dengan cara yang lebi baik, yang mendorong kepada pemikiran sehat untuk mencapai suatu kebenaran.
Menurut tafsir An-Nasafi, kata mujadalah mengandung arti berbantahan dengan jalan sebaik-baiknya antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangun jiwa dan menerangi akal pikiran.
c)      Sumber-sumber metode dakwah
1.      Al-Qur’an
Didalam alqur’an banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan kisah para rosul dalam menghadapi umatnya, begitu juga ayat-ayat ditunjukan kepada Nabi Muhammad SAW, dalam melancarkan dakwahnya. Ayat-ayat tersebut menunjkan metode dan media dakwah yang harus di pelajari dan dipahami oleh setiap muslim seperti juga mempelajari ajaran-ajaran agama lainnya. Karena Allah tidak akan menceritakan melainkan agar dijadikan suri tauladan dan membantu dalam menjalankan dakwah yang harus sesuai dengan metode yang telah direntangkan itu. Allah berfirman yang artinya:
“ dan semua kisah dari rosul yang kami menceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannay dapat kamu teguhkan hatimu. Dan dalam surat ini dating kepada mu kebenaran serat pengajaran serta peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud:120).
2.      Sunnah rosul
Didalam sunah rosul banyak lah kita temui hadist-hadist yang berkaitan dengan dakwah serta medianya. Begitu juga dalam sejarah hidup dan perjuangan, baik mketika di Makkah ataupun setelah Hijrah ke Madinah, dan cara-cara beliau menghadapi berbagai macam peristiwa. Semua ini memberikan contoh dalam metode dan media dakwah, karena rosulullah telah melalui kondisi dan situasi yang mungkin sama dengan kondisi dan situasi yang dihadapi oleh juru dakwah pada setiap masa dan tempat. Apa yang pernah dialami rosul juga dialami oleh juru dakwah atau peristiwa yang pernah beliau hadapi juga dihadapi oleh juru dakwah.
Karena itu dari sejarah itulah juru dakwah memperoleh contoh dalam menyelesaikannya yang lebih tepat dan sikap serta cara yang harus diperhatikan dan dipertahankan.
3.      Sejarah hidup para sahabat
Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat yang besar dan para tabi’in cukuplah memberi contoh yang sangat berguna kepada juru dakwah. Karena mereka adalah orang yang lebih tau tentang ajaran agama dan ahli dalam berdakwah serta ilmu pengetahuan yang luas terutama yang bermanfaat.
4.      Pendapat para fukaha
Fukaha adalah orang yang berkecimpung dalam menggali hukum yang praktis dari sumber-sumber atau dalil-dalil agama. Diataranya hukum yang berhubungan dengan penyampaina dakah seprti hukum amr ma’ruf nahi munkar, jihad, hisbah dan semua ini mereka susun dalam suatu bab tertentu didalam kitab-kitab fiqih.
Dan demikian juga ketetapan-ketetapan yang mereka tetapkan berdasarkan ijtihad dalam urusan dan bidang dakwah baik dalam bidang jihadmaupun dalam bidang lainya, wajiblah diikuti atau sekurang-kurangnya di anjurkan untuk mengikutinya, karena metode dalam media dalam berdakwah adalah termasuk urusan agama seperti juga dalam masalah ibadah dan muamalat.
5.      Pengalaman
Pengalaman juru dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadang kala dijadikan referensi ketika berdakwah.
Setelah mengetahui sumber-sumber dakwah sudah sepantasnya kita menjadikannya sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dakwah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi.











DAFTAR PUSTAKA

Effendy, 2007, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Masduki, 2001, Jurnalis Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, LkiS, Yogyakarta.
Suhandang Kustadi,  2013, Ilmu Dakwah, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Latief Rusman dkk, 2013 Kamus Pintar Broadcasting, Yrama Widya, Bandung.
Oramahi Hasan, 2012, Jurnalistik Radio, Kiat Menulis Berita Radio, Erlangga, Jakarta.


[1] Hasan asy’ari. 2012 jusnalistik radio. Erlangga. Jakarta.